Senin, 28 Juli 2008
Solo Cyber City 2010 : Utopia atau Realita ?
Bambang Haryanto. Blogger. Tinggal di Wonogiri. Email :humorliner (at) yahoo.com. Sentuhan emosional. Itu yang rasanya akan saya rasakan nanti di City Walk Solo, 30 Juli 2008. Apalagi berada di tengah ratusan kaum netter Solo yang berselancar di dunia maya dengan fasilitas nirkabel guna meraih Rekor Muri.
Kenapa emosional ? Karena saya kebetulan pemegang Rekor Muri pula. Dua rekor. Sebagai pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000) dan pendiri komunitas penulis suratpembaca,Epistoholik Indonesia. Yang tak kalah emosionalnya, di dekat lokasi CityWalk itu saya dilahirkan. Di DKT Gendengan, hampir tepat 55 tahun yang lalu.
Itu cerita masa lalu. Cerita kedepan, apa makna hadirnya ratusan netter itu bagi Solo di masa kini dan masa depan ? Kita tahu, dunia Internet adalah dunia yang tanpa batas, egaliter, juga interaktif. Kira-kira karakter unggulan semacam ini apa juga mencuat di benak para netter Solo untuk memikirkan Solo ?
Minimal, tergerakkah mereka mengetikkan di mesin pencari Google kata “solo” atau “surakarta” dan lalu menerbitkan niatan untuk menyumbangkan opini untuk perbaikan kota ini ? Atau terlibat dalam diskusi dengan netter lain, di mana pun berada, tentang topik yang sama ? Atau membuka-buka situs Pemkot Solo, lalu meninggalkan kritik atau saran di sana ? Atau mengirimkan email langsung ke Walikota Jokowi ?
Semoga acara itu nanti sukses. Andil saya untuk acara tersebut adalah mengusulkan agar tanggal 30 Juli didaulat sebagai Solo Cyberholic Day. Kalau Anda nanti ikut tanda tangan di banner yang telah disediakan oleh Republik Aeng Aeng di arena tersebut, maka cita-cita saya mendekati kesampaian. Semuanya pasti emosional bagi saya. Karena ibaratnya, saya seperti bisa lahir lagi sebagai "internet native" di dunia.
FX Triyas Hadi Prihantoro, guru SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
Memadukan teknologi dan warisan budaya. Metamorfosa perilaku warga untuk mengubah paradigma menuju percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) membutuhkan sebuah rasa dan asa. Apalagi perubahan itu memerlukan sebuah kemampuan berpikir, kemauan untuk maju dan kehendak usaha untuk memiliki sarananya.
Seperti kehendak sebagian warga kota yang ingin “mengubah” kota Budaya Solo menuju Cybercity yang berbudaya. Menuju sebuah kota yang mengajak warganya melek teknologi tidak harus meninggalkan bahkan menghilangkan heritage culture-nya (warisan budaya). Malahan justru bagaimana komponen warga yang berusaha memajukan kota dapat memadukan teknologi dengan berbagai peninggalan budaya yang ada.
Begitulah yang terjadi di kota Solo dalam era kekinian. Sejalan dengan pencanangan kota Solo menuju cybercity hendaknya menjadikan di “hati” warga untuk juga terlecut mental, spiritual dan kehendak guna menyeimbangkan kemampuan berpikir sesuai perkembangan Informasi Teknologi (IT) yang diharapakan.
Menggerakkan warga mengubah dunia. Manuel Castell mengatakan bahwa kita tidak bisa lagi menghindar dari ledakan teknologi-informasi. Abad teknologi-informasi yang telah menjaring dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. IT sedang berjalan untuk mengubah dunia termasuk Indonesia dan terkhusus kota Solo. Makanya Solo Cybercity mungkin menjadi salah satu upaya penggagas event untuk memulai dan memelopori daerah lain guna menyikapi IT sebagai bentuk pola hidup, partisipasi dalam peran serta merubah dunia.
Pasalnya hampir sepanjang tahun 2008 berjalan ini perkembangan IT lebih diarahkan pada kemauan menjalin teknologi jejaring Internet. Bukti bahwa pengadaaan expo/pameran komputer di Solo akhir 30 Juli 2008 sampai 3 Agustus 2008 ini dibarengi dengan kegiatan pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Sebuah acara browsing bareng dengan piranti laptop (komputer jinjing) dengan jumlah peserta terbanyak dan pertama kali dilakukan.
Oleh karena itu memperdayakan IT dalam citra positif sebuah keharusan. Janganlah nantinya ”lupa diri” setelah mampu dan getol ”mengoperasikannya”. Pasalnya IT yang lekat dengan perangkat komputer yang menjadikan manusia menjadi lebih cerdas, bersahabat dan menjadi saudara kembarnya untuk menemani berkomunikasi dalam situasi apapun.
Sebab perangkat komputer saat ini bukan hanya sarana mengetik, berhitung namun mempunyai multi fungsi. Dapat digunakan berkomunikasi (chatting), mendengarkan musik, memutar film, melihat dan mengedit foto, nge-game dan fungsi-fungsi lain yang dulunya tidak terbayang.
Akhirnya betapa menyenangkannya bila sudah bersama perangkat IT. Sebab dapat menjadi teman setia dan berlama-lama bercengkerama bersamanya. Bila dapat mengoptimalkan perangkat IT maka akan bersinergis sebagai sarana bekerja sehingga tidak akan mubasir.
Komunitas untuk kebajikan. Oleh karena itu bagaimanakah IT dapat menjadikan di ”hati” penggunanya ? Perlu sebuah optimalisasi dalam penggunaan. Sebab pencanangan Solo Cybercity bukan berarti menjadi alat justifikasi untuk menyalahgunakan IT. Banyak sekali contoh dalam masyarakat tentang penyalahgunaan IT guna membantu kejahatan.
Dipertaruhkan sikap moralitas para pengguna internet di era kebebasan ini. Pasalnya yang semula dianggap tabu akan menjadi serba terbuka lebar dan nyata dalam dalam dunia maya (cyberspace). Maka perlu sebuah kearifan bagi para penggunanya.
Disinilah pembentukan komunitas awal yang proaktif dalam kebajikan. Cibercity sebagai tempat pembelajaran bersama bahwa perangkat IT dapat menjadi ajang komunikasi, bertukar pikiran dan saling belajar untuk saling mengembangkan diri.
Maka yang sangat diperlukan dan penting setelah semua hal serba terbuka. Bahwa lembaga pendidikan menjadi mitra utama untuk menyampaikan pesan moral dan budi pekerti kepada siswanya. Sebab setelah semuanya bisa diakses dengan cepat dan dimana saja.
Seperti halnya kota Solo telah memasang 50 titik hotspot dari 50 titik yang direncanakan. Tanpa dibarengi dengan pendidikan moral yang membumi kepada siswa dan kegiatan positif, sia-sialah keterbukaan yang ada saat ini.
Buat program dengan perencanan matang guna mengoptimalkan IT. Secara periodik diadakan lomba berbasis IT mulai dari membuat blog, desain grafis dan membuat program lain secara online.
Seperti kata pepatah ”sedia payung sebelum hujan”. Bekali anak didik kita dan warga dengan hal yang positif guna mereduksi dan memfilter budaya asing yang merusak generasi muda generasi penerus bangsa. Apalagi Solo sebagai kota Budaya, perlu internalisasi nilai luhur yang hakiki secara kontinyu mulai dari sekarang. Dan jangan sampai terlambat.
Jarod Maladi, pencinta teknologi informasi di Solo, peserta acara Browsing Internet@City Walk, 30/7/2008. Opini saya, Yang paling urgent agar solo cepat menjadi Solo Cyber City adalah Pengentasan Kemiskinan.
Khusban Zaini, peminat perkembangan teknologi informasi, asli Solo, berdomisili di Mojolaban, peserta acara Browsing Internet@City Walk, 30 Juli 2008>
Assalamu alaikum Wr.Wb.,
Pertama saya ucapkan selamat untuk acaranya "ngenet bareng", nuwun sewu kalau boleh memberi kritik, kami & kami kira semua peserta merasakan ada kekurangan yang mengganggu : kurangnya kesiapan menyediakan aliran listrik, bagaimana bisa terjadi acara yang sangat membutuhkan listrik namun tidak/kurang tersedia, maaf.
Cita-cita menjadikan Solo sebagai cyber city tahun 2010 menurut saya sangat bagus. Sebenarnya kami adalah warga Sukoharjo tapi saya dan istri wong Solo asli, kami mencintai kota Solo. Menurut saya untuk mendukung cita-cita tersebut perlu segera diwujudkan :
Menyediakan banyak area hotspot & gratis, bisa ditempatkan di Kantor Kecamatan bahkan di setiap Kantor Kelurahan (kalau bisa) & lain-lain tempat yang dinilai cocok untuk "ngenet"
Area Hotspot yang aman, nyaman & ada "aliran listrik".
Memberi kemudahan kepemilikan laptop, bisa menggandeng pengusaha untuk mensponsori/mensubsidi murid sekolah, mahasiswa, pemuda & warga lainnya yang sangat pingin memiliki laptop.
Sering diadakan acara oleh Pemda atau Swasta untuk umum atau di sekolah/kampus yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan mendapatkan ilmu dari penggunaan internet. Acara tersebut dikemas secara "fun" & gratis (kalau bisa).
Insya Allah kami akan mendorong anak kami untuk mengarang seperti yang bapak maksud, beberapa minggu yang lalu anak kami memperoleh hadiah karangan terbaik tentang batik di acara yang diadakan Komunitas KETIK. Demikian, terima kasih.
Wassalam.
Sadrah Sumariyarso web programmer Solo, pengelola layanan online blog dan forum gratis Pasar Solo. Sebagai warga Solo saya merasa bangga dan waswas dengan akan diwujudkannya Solo Cyber City di tahun 2010 nanti.
Bangga karena kota ini merespon akan kebutuhan teknologi informasi yang semakin dibutuhkan oleh warga dan sekaligus waswas karena khawatir akan kesiapan Pemda dan sebagian masyarakat dalam mengantisipasi dampak-dampak yang tidak diharapkan yang mungkin akan terjadi ketika cybercity telah terwujud.
Dimulainya pembangunan infrastruktur free hotspot di publik area merupakan langkah yang baik menuju cybercity. Ketersediaan akses internet secara gratis tentu akan sangat membantu dan mendorong warga memanfaatkan internet.
Tetapi yang perlu dipikirkan juga adalah perangkat untuk mengakses layanan tersebut seperti personal komputer, notebook, ataupun alat yang lain karena tidak semua masyarakat telah memilikinya. Mungkin ada baiknya disediakan juga komputer-komputer yang bebas dipakai oleh masyarakat(khususnya yang kurang mampu) secara gratis pula di tempat-tempat tersebut sehingga fasilitas freehotspot benar-benar merata dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.
Melihat kondisi saat ini, setidaknya masih diperlukan usaha untuk membangun masyarakat yang melek IT. Pelatihan-pelatihan yang mudah, efektif dan murah/gratis seputar IT harus terus diselenggarakan termasuk pengenalan "netiket". Lewat berbagai media, sekolah dan obrolan akan sangat membantu mewujudkan hal tersebut. Disisi lain juga sangat diperlukan penerapan kebijakan dan aturan yang tepat oleh Pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan fasilitas dan teknologi ini untuk tindakan kejahatan.
Faktor lain yang menurut saya tidak kalah penting adalah penyediaan content/data dan pembangunan komunitas cyber (komunitas masyarakat secara online) didalamnya. Bahkan saya kira faktor ini yang akan menentukan keberhasilan Solo Cyber City nantinya karena data non fisik (content) inilah yang akan dilihat, dibaca, didengar, ditonton, diserap, dipikirkan, dipelajari dan bakal membuat perubahan bagi masyarakat itu sendiri.
Kemajuan dan perkembangan cybercity sangat dipengaruhi antusiasme masyarakat bukan hanya ketika mengakses data tetapi juga saat menyediakan dan membuat content yang berkualitas dan tepat sasaran. Riilnya diperlukan content yang bercerita dan membicarakan seputar Kota Solo beserta masyarakatnya sehingga pemanfaatan teknologi ini akan lebih mengena bagi kota ini. Memang diperlukan SDM yang mampu membuat content bermutu dan mengena.
Bagi kemajuan daerah, keberadaan komunitas cyber juga dapat menjadi jembatan antara pemerintah dengan masyarakat untuk berdialog. Alangkah indahnya jika pejabat/tokoh dan para pemimpin kota ini ikut ambil bagian dalam memberikan wacana bahkan terlibat dalam diskusi-diskusi aktif yang membahas seputar kota ini agar aspirasi dari masyarakat dapat tersalurkan secara langsung dan terbuka.
Saya berharap cybercity bukan hanya sebuah nama atau istilah yang hanya nge-trend sesaat saja tetapi hendaknya menjadi komitmen bersama untuk mewujudkannya sekarang!
Kenapa emosional ? Karena saya kebetulan pemegang Rekor Muri pula. Dua rekor. Sebagai pencetus Hari Suporter Nasional 12 Juli (2000) dan pendiri komunitas penulis suratpembaca,Epistoholik Indonesia. Yang tak kalah emosionalnya, di dekat lokasi CityWalk itu saya dilahirkan. Di DKT Gendengan, hampir tepat 55 tahun yang lalu.
Itu cerita masa lalu. Cerita kedepan, apa makna hadirnya ratusan netter itu bagi Solo di masa kini dan masa depan ? Kita tahu, dunia Internet adalah dunia yang tanpa batas, egaliter, juga interaktif. Kira-kira karakter unggulan semacam ini apa juga mencuat di benak para netter Solo untuk memikirkan Solo ?
Minimal, tergerakkah mereka mengetikkan di mesin pencari Google kata “solo” atau “surakarta” dan lalu menerbitkan niatan untuk menyumbangkan opini untuk perbaikan kota ini ? Atau terlibat dalam diskusi dengan netter lain, di mana pun berada, tentang topik yang sama ? Atau membuka-buka situs Pemkot Solo, lalu meninggalkan kritik atau saran di sana ? Atau mengirimkan email langsung ke Walikota Jokowi ?
Semoga acara itu nanti sukses. Andil saya untuk acara tersebut adalah mengusulkan agar tanggal 30 Juli didaulat sebagai Solo Cyberholic Day. Kalau Anda nanti ikut tanda tangan di banner yang telah disediakan oleh Republik Aeng Aeng di arena tersebut, maka cita-cita saya mendekati kesampaian. Semuanya pasti emosional bagi saya. Karena ibaratnya, saya seperti bisa lahir lagi sebagai "internet native" di dunia.
FX Triyas Hadi Prihantoro, guru SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.
Memadukan teknologi dan warisan budaya. Metamorfosa perilaku warga untuk mengubah paradigma menuju percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) membutuhkan sebuah rasa dan asa. Apalagi perubahan itu memerlukan sebuah kemampuan berpikir, kemauan untuk maju dan kehendak usaha untuk memiliki sarananya.
Seperti kehendak sebagian warga kota yang ingin “mengubah” kota Budaya Solo menuju Cybercity yang berbudaya. Menuju sebuah kota yang mengajak warganya melek teknologi tidak harus meninggalkan bahkan menghilangkan heritage culture-nya (warisan budaya). Malahan justru bagaimana komponen warga yang berusaha memajukan kota dapat memadukan teknologi dengan berbagai peninggalan budaya yang ada.
Begitulah yang terjadi di kota Solo dalam era kekinian. Sejalan dengan pencanangan kota Solo menuju cybercity hendaknya menjadikan di “hati” warga untuk juga terlecut mental, spiritual dan kehendak guna menyeimbangkan kemampuan berpikir sesuai perkembangan Informasi Teknologi (IT) yang diharapakan.
Menggerakkan warga mengubah dunia. Manuel Castell mengatakan bahwa kita tidak bisa lagi menghindar dari ledakan teknologi-informasi. Abad teknologi-informasi yang telah menjaring dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. IT sedang berjalan untuk mengubah dunia termasuk Indonesia dan terkhusus kota Solo. Makanya Solo Cybercity mungkin menjadi salah satu upaya penggagas event untuk memulai dan memelopori daerah lain guna menyikapi IT sebagai bentuk pola hidup, partisipasi dalam peran serta merubah dunia.
Pasalnya hampir sepanjang tahun 2008 berjalan ini perkembangan IT lebih diarahkan pada kemauan menjalin teknologi jejaring Internet. Bukti bahwa pengadaaan expo/pameran komputer di Solo akhir 30 Juli 2008 sampai 3 Agustus 2008 ini dibarengi dengan kegiatan pemecahan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Sebuah acara browsing bareng dengan piranti laptop (komputer jinjing) dengan jumlah peserta terbanyak dan pertama kali dilakukan.
Oleh karena itu memperdayakan IT dalam citra positif sebuah keharusan. Janganlah nantinya ”lupa diri” setelah mampu dan getol ”mengoperasikannya”. Pasalnya IT yang lekat dengan perangkat komputer yang menjadikan manusia menjadi lebih cerdas, bersahabat dan menjadi saudara kembarnya untuk menemani berkomunikasi dalam situasi apapun.
Sebab perangkat komputer saat ini bukan hanya sarana mengetik, berhitung namun mempunyai multi fungsi. Dapat digunakan berkomunikasi (chatting), mendengarkan musik, memutar film, melihat dan mengedit foto, nge-game dan fungsi-fungsi lain yang dulunya tidak terbayang.
Akhirnya betapa menyenangkannya bila sudah bersama perangkat IT. Sebab dapat menjadi teman setia dan berlama-lama bercengkerama bersamanya. Bila dapat mengoptimalkan perangkat IT maka akan bersinergis sebagai sarana bekerja sehingga tidak akan mubasir.
Komunitas untuk kebajikan. Oleh karena itu bagaimanakah IT dapat menjadikan di ”hati” penggunanya ? Perlu sebuah optimalisasi dalam penggunaan. Sebab pencanangan Solo Cybercity bukan berarti menjadi alat justifikasi untuk menyalahgunakan IT. Banyak sekali contoh dalam masyarakat tentang penyalahgunaan IT guna membantu kejahatan.
Dipertaruhkan sikap moralitas para pengguna internet di era kebebasan ini. Pasalnya yang semula dianggap tabu akan menjadi serba terbuka lebar dan nyata dalam dalam dunia maya (cyberspace). Maka perlu sebuah kearifan bagi para penggunanya.
Disinilah pembentukan komunitas awal yang proaktif dalam kebajikan. Cibercity sebagai tempat pembelajaran bersama bahwa perangkat IT dapat menjadi ajang komunikasi, bertukar pikiran dan saling belajar untuk saling mengembangkan diri.
Maka yang sangat diperlukan dan penting setelah semua hal serba terbuka. Bahwa lembaga pendidikan menjadi mitra utama untuk menyampaikan pesan moral dan budi pekerti kepada siswanya. Sebab setelah semuanya bisa diakses dengan cepat dan dimana saja.
Seperti halnya kota Solo telah memasang 50 titik hotspot dari 50 titik yang direncanakan. Tanpa dibarengi dengan pendidikan moral yang membumi kepada siswa dan kegiatan positif, sia-sialah keterbukaan yang ada saat ini.
Buat program dengan perencanan matang guna mengoptimalkan IT. Secara periodik diadakan lomba berbasis IT mulai dari membuat blog, desain grafis dan membuat program lain secara online.
Seperti kata pepatah ”sedia payung sebelum hujan”. Bekali anak didik kita dan warga dengan hal yang positif guna mereduksi dan memfilter budaya asing yang merusak generasi muda generasi penerus bangsa. Apalagi Solo sebagai kota Budaya, perlu internalisasi nilai luhur yang hakiki secara kontinyu mulai dari sekarang. Dan jangan sampai terlambat.
Jarod Maladi, pencinta teknologi informasi di Solo, peserta acara Browsing Internet@City Walk, 30/7/2008. Opini saya, Yang paling urgent agar solo cepat menjadi Solo Cyber City adalah Pengentasan Kemiskinan.
Khusban Zaini, peminat perkembangan teknologi informasi, asli Solo, berdomisili di Mojolaban, peserta acara Browsing Internet@City Walk, 30 Juli 2008>
Assalamu alaikum Wr.Wb.,
Pertama saya ucapkan selamat untuk acaranya "ngenet bareng", nuwun sewu kalau boleh memberi kritik, kami & kami kira semua peserta merasakan ada kekurangan yang mengganggu : kurangnya kesiapan menyediakan aliran listrik, bagaimana bisa terjadi acara yang sangat membutuhkan listrik namun tidak/kurang tersedia, maaf.
Cita-cita menjadikan Solo sebagai cyber city tahun 2010 menurut saya sangat bagus. Sebenarnya kami adalah warga Sukoharjo tapi saya dan istri wong Solo asli, kami mencintai kota Solo. Menurut saya untuk mendukung cita-cita tersebut perlu segera diwujudkan :
Menyediakan banyak area hotspot & gratis, bisa ditempatkan di Kantor Kecamatan bahkan di setiap Kantor Kelurahan (kalau bisa) & lain-lain tempat yang dinilai cocok untuk "ngenet"
Area Hotspot yang aman, nyaman & ada "aliran listrik".
Memberi kemudahan kepemilikan laptop, bisa menggandeng pengusaha untuk mensponsori/mensubsidi murid sekolah, mahasiswa, pemuda & warga lainnya yang sangat pingin memiliki laptop.
Sering diadakan acara oleh Pemda atau Swasta untuk umum atau di sekolah/kampus yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan mendapatkan ilmu dari penggunaan internet. Acara tersebut dikemas secara "fun" & gratis (kalau bisa).
Insya Allah kami akan mendorong anak kami untuk mengarang seperti yang bapak maksud, beberapa minggu yang lalu anak kami memperoleh hadiah karangan terbaik tentang batik di acara yang diadakan Komunitas KETIK. Demikian, terima kasih.
Wassalam.
Sadrah Sumariyarso web programmer Solo, pengelola layanan online blog dan forum gratis Pasar Solo. Sebagai warga Solo saya merasa bangga dan waswas dengan akan diwujudkannya Solo Cyber City di tahun 2010 nanti.
Bangga karena kota ini merespon akan kebutuhan teknologi informasi yang semakin dibutuhkan oleh warga dan sekaligus waswas karena khawatir akan kesiapan Pemda dan sebagian masyarakat dalam mengantisipasi dampak-dampak yang tidak diharapkan yang mungkin akan terjadi ketika cybercity telah terwujud.
Dimulainya pembangunan infrastruktur free hotspot di publik area merupakan langkah yang baik menuju cybercity. Ketersediaan akses internet secara gratis tentu akan sangat membantu dan mendorong warga memanfaatkan internet.
Tetapi yang perlu dipikirkan juga adalah perangkat untuk mengakses layanan tersebut seperti personal komputer, notebook, ataupun alat yang lain karena tidak semua masyarakat telah memilikinya. Mungkin ada baiknya disediakan juga komputer-komputer yang bebas dipakai oleh masyarakat(khususnya yang kurang mampu) secara gratis pula di tempat-tempat tersebut sehingga fasilitas freehotspot benar-benar merata dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.
Melihat kondisi saat ini, setidaknya masih diperlukan usaha untuk membangun masyarakat yang melek IT. Pelatihan-pelatihan yang mudah, efektif dan murah/gratis seputar IT harus terus diselenggarakan termasuk pengenalan "netiket". Lewat berbagai media, sekolah dan obrolan akan sangat membantu mewujudkan hal tersebut. Disisi lain juga sangat diperlukan penerapan kebijakan dan aturan yang tepat oleh Pemerintah dalam mencegah penyalahgunaan fasilitas dan teknologi ini untuk tindakan kejahatan.
Faktor lain yang menurut saya tidak kalah penting adalah penyediaan content/data dan pembangunan komunitas cyber (komunitas masyarakat secara online) didalamnya. Bahkan saya kira faktor ini yang akan menentukan keberhasilan Solo Cyber City nantinya karena data non fisik (content) inilah yang akan dilihat, dibaca, didengar, ditonton, diserap, dipikirkan, dipelajari dan bakal membuat perubahan bagi masyarakat itu sendiri.
Kemajuan dan perkembangan cybercity sangat dipengaruhi antusiasme masyarakat bukan hanya ketika mengakses data tetapi juga saat menyediakan dan membuat content yang berkualitas dan tepat sasaran. Riilnya diperlukan content yang bercerita dan membicarakan seputar Kota Solo beserta masyarakatnya sehingga pemanfaatan teknologi ini akan lebih mengena bagi kota ini. Memang diperlukan SDM yang mampu membuat content bermutu dan mengena.
Bagi kemajuan daerah, keberadaan komunitas cyber juga dapat menjadi jembatan antara pemerintah dengan masyarakat untuk berdialog. Alangkah indahnya jika pejabat/tokoh dan para pemimpin kota ini ikut ambil bagian dalam memberikan wacana bahkan terlibat dalam diskusi-diskusi aktif yang membahas seputar kota ini agar aspirasi dari masyarakat dapat tersalurkan secara langsung dan terbuka.
Saya berharap cybercity bukan hanya sebuah nama atau istilah yang hanya nge-trend sesaat saja tetapi hendaknya menjadi komitmen bersama untuk mewujudkannya sekarang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
solo sing penting banyak hotspot gratis & Cepat.
nanti semuanya khan berkembang pesat !
yg penting biaya internet harus makin murah & cepat, terutama pelanggan rumahan seperti saya, gitu.
Setuju banget, Mas Erryanslo. Tetapi kita juga harus mempersiapkan diri sebagai pembuat isi/konten yang bermanfaat bagi warga Solo dan warga dunia pula. Kreasi Anda merupakan pancingan untuk berbuat hal yang sama. Sukses dan terima kasih.
Saya orang luar Solo salut buat wong Solo. Setuju internet murah.
Posting Komentar